Senin, 25 Januari 2010

Surat untuk Sahabatku

Kutuliskan ini untuk seorang sahabat yang telah kukenal sejak kami masih kanak-kanak.Aku mengenalnya sebagai seorang wanita yang tak mudah menyerah,sabar dan penuh perhatian pada keluarganya karena cintanya pada mereka.

Sahabat,kulihat ada kelelahan hati yang terpancar dari balik kecantikanmu.Aku tahu kelelahan itu tak mungkin kau hilangkan begitu saja seperti kau menghilangkan kelelahan pada tubuh indahmu.
Aku tahu bagaimana kehidupanmu sejak dari kita masih bermain bersama.Pada masa dimana aku belum mengenal pahitnya kehidupan dunia,kau lebih dulu merasakannya.Aku tahu kau sering menangis.Tapi kau tak pernah memperlihatkannya kepada orang lain bahkan kepada orang yang paling engkau percayai sekalipun.Engkau kuat.

Suatu ketika kau ungkapkan salah satu cerita hidupmu.Seorang anak yang bukan anakmu menjadi teman bagi anak-anakmu di dalam rumahmu.Seorang anak titipan salah satu kerabat dekatmu.Meski anak itu tak pernah bermalam di rumahmu,tapi seringkali dia diantar oleh ayahnya yang tak bertanggung jawab pada pagi hari dan dijemput pulang pada sore harinya.Sang ibu telah pergi bersama laki-laki lain.Tiga tahun lamanya anak itu telah ada dalam hidupmu.Pemecahan-pemecahan masalah ini telah kau coba jalani agar anak ini tak ada lagi dalam hidupmu,tapi semua tak ada gunanya.

Aku sangat mengerti kesulitanmu ini.Di saat kau menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anakmu sendiri,anak itu bagai mengacaukannya dengan segala tutur kata dan perilakunya yang tak seharusnya ada pada dirinya.Kau pun kecewa.Aku dapat merasakannya.Kekecewaan itu terutama kau dapat dari suamimu sendiri yang seolah tak peduli dengan kesulitan yang kau alami.

Aku tersentak ketika kau mengatakan padaku bahwa kau berniat untuk menitipkan anak itu ke sebuah panti asuhan.Panti asuhan yang mengajarkan nilai-nilai di luar keyakinan kita.
Ketahuilah sahabatku,kita diberi amanah mengajak setiap manusia untuk mengenal Tuhan yang menciptakan seluruh manusia ; Allah Subhanahuwata'ala.

Aku bukan menganjurkanmu untuk mencintai anak kecil itu seperti kau mencintai anak-anak kandungmu sendiri.Karena Allah tidak menciptakan dua buah hati di dalam rongga dadamu.Aku juga tidak memintamu agar kau mempertahankan keberadaan anak itu di dalam rumahmu.
Yang aku inginkan adalah... kau renungkan sebentar....Kira-kira apa maksud Allah mengijinkan ini terjadi.

Ingat sebuah lagu tahun 60-an yang masih cukup dikenal sampai saat ini?

I'm nobody's child....I'm nobody's child
I'm like the flowers....just growing wild
no mommy's kisses...no daddy's smile
nobody wants me....
I'm nobody's child...

Aku yakin sekali kaupun pasti mengerti bagaimana perasaan anak itu.Hanya saja perasaan it tidak tampak karena tertutup oleh kepolosan dan "kenakalannya"
Jika kau merasa berat dengan keberadaannya,pandangilah dia sebentar.Pikirkanlah sekejap bahwa anak itu lebih mulia darimu karena dia belum memiliki sedikitpun dosa.Tidak seperti kita.Dia ada di hadapanmu karena izinNya.

Anak itu adalah rizki besar untukmu.
Semakin kau mencintai anak itu,kau akan bisa lihat orang-orang di sekelilingmu.Mereka akan lebih hormat dan sayang kepadamu karena sesungguhnya Allah pasti telah menaikkan derajatmu bila kau menjalani semua ini demi untukNya.
Anak itu adalah rizki besar untukmu.
Bila kau rela menolongNya dari kedurhakaan orang tuanya,sesungguhnya kau telah menolong agama Allah.Kau memiliki kesempatan untuk menjadikan dia juga anak-anak kandungmu menjadi wanita-wanita yang kuat sepertimu.Itu artinya kau menambah jumlah wanita yang kelak akan menjadi seorang ibu bagi generasi robbani di dunia ini.Anak itu kelak akan menjadi penolongmu di hari kiamat nanti.

Sejujurnya,aku iri atas kesempatan yang Allah berikan padamu ini.Kesempatan mengasuh anak ini dengan membutuhkan ilmu yang baik dan kesabaran yang tinggi.Kau telah dilipilih oleh Allah untuk urusan ini.Allah takkan pernah menguji hambanya diluar kesanggupannya.Terimalah dia seperti kau menerima ujian-ujianmu yang dulu pernah kau lewati dengan baik.Pahit,tetapi manis pada akhirnya.No pain no gain.



3 komentar:

Izar mengatakan...

kisah nyata kah?
kalau iya, salam hangat selalu untuk sahabatnya Mba Nur. semoga beliau senantiasa diberi kesuksesan dan keimanan :)

Keke Naima mengatakan...

semoga sahabatnya bs mengerti y mbak :)

susi mengatakan...

Memang sulit sekali mengasuh anak orang lain, apalagi pola didikannya beda dengan kebiasaan kita. Aku juga mengalaminya berkali-kali. Dengan kekurangmapanan keuangan dan pergaulan anak yang "belum" sesuai, kami mampu melaluinya dan sedikit-demi sedikit menyelaraskan dengan pola keluarga kami.
Jadi nitip pesan aja agar tetap sabar. Jika kita iklas, maka selalu ada pintu rejeki baru terbuka tatkala kita butuh mencukupi kebutuhan anak yang "terlantar itu".